Corona, Isaac Newton

Corona
Ilustrasri Corona. Sumber: Pixabay | Engin_Akyurt

Musim yang menyeramkan dan mematikan terjadi di london pada tahun1665, saat itu musim panas, waktu bagi sebagian orang eropa untuk berjemur dan minum air lemon. santai dan berbahagia atau bercinta.

Namun, tak terjadi ketakutan menyebar ke seantero kota, sebab puluhan ribu warga london mati mengenaskan dengan kulit menghitam dan melepuh. Sebelumnya diawali dengan demam.

Warga kebingungan dan mulai mencari sebab, saat itu belum zaman google, sehingga susah cari informasi.

Mistik pun berkembang warga mengaitkan fenomena ini dengan perang sipil (1642-1651) hingga melintasnya komet dibawah langit london pada desember 1664 hal yang sama sekali tak berhubungan, cenderung konyol.

Kekonyolan berlanjut karena ternyata warga tak menyadari bahwa kengerian yang terjadi adalah akibat ulah mereka sendiri. Persoalan utamanya adalah fasilitas sanitasi yang jadi sarang tikus got.

Untuk berkembang biak dan berkeliaran membawa kutu yang ditunggangi bakteri pestis yersinia. gigitan kutu inilah yang menyebabkan pes bubo atau sampar menjadi wabah yang mematikan. Bukan komet.

Barangkali kekonyolan ini terjadi karena raja charles 2, pegawai istana, dokter, pengacara, pedagang dan kaum pemodal lainnya melarikan diri ke oxford. Dan tak memberikan keterangan sebelum lari. Penduduk miskin terpaksa menderita dari rumah.

Menyaksikan maut tanpa bisa berbuat apa-apa. Inilah yang terjadi jika raja tak tahu apa yang harus dilakukan saat wabah menjangkiti. Warga miskin tinggal terima nasib. Payah dan kalah adalah keniscayaan.

Kecuali isaac newton yang saat itu berkuliah di trinity college, usianya 20-an tahun. Saat wabah ini menyebar, universitas cambridge menginstruksikan agar seluruh mahasiswanya belajar dari rumah tanpa online.

Newton seorang jenius sepanjang sejarah peradaban manusia justru menemukan banyak hal-hal ajaib selama dia terkurung di kamar. Ia menemukan kalkulus, gerak, optik, dan gravitasi.

Hanya gravitasi yang ia temukan didepan rumah, dibawah pohon apel, barangkali ia sedang jenuh kemudian berteduh dibawah pohon apel, buah apel jatuh dan ia memikirkannya kemudian muncul-lah teori gravitasi.

Namun tak segera dipublikasikannya newton barangkali malu hati, dan baru dipublikasikannya 20 tahun kemudian dalam sebuah risalah berjudul philosopiae naturalis principia matematica.

Namun hanya newton yang berhasil menemukan banyak hal, tak semua korban wabah sampar adalah jenius, banyak dari mereka adalah orang-orang miskin dan papah. Mereka mati dengan kondisi-tak manusiawi.

Tak semua orang senang seharian di kamar bergelut dengan buku dan pengamatan layaknya newton.

Tukang ojek, ibu-ibu di pasar, atlet, mas pentolan. Tak mungkin bekerja dari rumah. Bukan teori yang didapat justru omelan anak-istri dan kekalutan.

Yang mereka butuhkan hanyalah kejelasan mengenai keadaan. bukan kekonyolan sang tuan. 

Yang memberi seolah-olah solusi hasilnya entahlah, sejauh ini hanya kekhawatiran dan ketakutan. Barangkali sang raja perlu mempertimbangkan opsi untuk lari atau turun.

Sumber:

https://tirto.id/353-tahun-silam-wabah-pes-tewaskan-100-ribu-warga-london-cXZ6

https://kumparan.com/kumparansains/kisah-isaac-newton-temukan-gravitasi-hingga-kalkulus-berkat-wfh-saat-pandemi-1t2f4UQqTTn

Siska Reunata
Siska Reunata Perkenalkan nama saya Siska Reunata, saya hobi menulis tentang dunia pendidikan, dan suka sama travelling. Semoga suka sama konten aku ya bestie!

Tidak ada komentar untuk "Corona, Isaac Newton"